Analisis kelayakan bisnis merupakan proses yang
menentukan apakah ide bisnis entrepreneur dapat menjadi bisnis yang sukses.
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah suatu ide bisnis layak
direalisasikan. Hasil perhitungan kriteria investasi dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan penanaman modal.
Berikut penjelsan mengenai Kriteria Investasi :
- Payback Period
- Gross Benefit Cost Ratio
- Net Benefit Cost Ratio
- Net Present Value
- Internal Rate of Return
Payback
Period
Payback Period merupakan jangka
waktu yang dibutuhkan agar biaya investasi yang akan dikeluarkan dari suatu
proyek baru yang sedang dianalisa bisa kembali. Semakin pendek jangka waktu payback
period suatu investasi (dalam satuan tahun umumnya), semakin menarik untuk
dijalankan. Secara matematis, payback period (PP) didefinisikan sebagai
PP = Biaya Investasi Proyek/Arus Kas Tahunan.
Contoh, jika suatu bisnis membutuhkan biaya investasi Rp 200 juta dan arus kas yang dihasilkan pertahun sebesar Rp 50 juta, maka payback period-nya adalah empat tahun.
Ketika seorang pengusaha atau suatu perusahaan dapat memiliki kebijakan tentang kriteria berapa lama payback period maksimum dari suatu investasi (misal tiga tahun), maka jika suatu usulan proyek investasi memiliki payback period di atas akan ditolak karena lebih dari tiga tahun. Analisa metode payback period hanya disarankan untuk memperoleh tambahan informasi mengenai kecepatan waktu pengembalian dana yang akan diiinvestasikan.
Gross
Benefit Cost Ratio
Gross
B/C Ratio adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah
didiskon dengan cost secara keseluruhan yang telah didiskon. Gross B/C ratio merupakan kriteria
kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun
biaya adalah nilaikotor (gross).
Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih
menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat
yang diterima.
Secara matematis Gross B/C ini dapat dirumuskan
sebagai berikut
Gross B/C Ratio < 1, Bisnis tidak layak untuk
dijalankan
Gross B/C Ratio = 1, Bisnis dalam keadaan BEP
Net
Benefit Cost Ratio
Net B/C Ratio adalah perbandingan antara net benefit
yang telah didiskon positif dengan net benefit yang telah didiskon negatif. Net
B/C ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari
bisnis tersebut.
Secara matematis Net B/C ini dapat dirumuskan
sebagai berikut
Net B/C Ratio > 1, Bisnis layak untuk dijalankan
Net B/C Ratio < 1, Bisnis tidak layak untuk
dijalankan
Net B/C Ratio = 1, Bisnis dalam keadaan cash in flows
Net
Present Value
NPV merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima
bisnis selama umur bisnis pada tingkat diskon faktor tertentu.
Secara matematis NPV ini dapat dirumuskan sebagai
berikut
NPV > 0, Bisnis layak untuk dijalankan
NPV < 0, Bisnis tidak layak untuk dijalankan
NPV = 0, Bisnis dalam keadaan BEP
Internal
Rate of Return
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran
yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah
bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR).
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung
dulu NPV1 dan NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif, maka discount rate (DR) kedua harus lebih
besar dari Social Discount Rate dan
sebaliknya.
Secara matematis IRRini dapat dirumuskan sebagai
berikut
IRR > Social
Discount Rate, Bisnis layak untuk dijalankan
IRR < Social
Discount Rate, Bisnis tidak layak untuk dijalankan
IRR = Social
Discount Rate, Bisnis dalam keadaan BEP
Ok, ini contoh kasus dan perhitungan
investasi dengan NPV.
Comments
Post a Comment